Apa itu CASE?
Sebuah Program Untuk kembangkan Narasi Energi Bersih, Terjangkau, dan Berdaulat untuk Asia Tenggara
Sebagai kawasan regional yang berkembang pesat di dunia, Asia Tenggara dengan beberapa skenario memproyeksikan permintaan energi secara keseluruhan akan tumbuh sebesar 60% dan permintaan listrik sebesar 100% pada tahun 2040 dibandingkan dengan tahun 2018 (IEA, 2019).
Meskipun Kawasan Asia Tenggara memiliki
banyak potensi energi terbarukan,
Terlepas dari potensi energi terbarukan yang besar di kawasan ini, bahan bakar fosil,
terutama batu bara, masih lebih dipilih untuk
memenuhi bagian terbesar dari permintaan
pasar yang termutakhir.
Telah bergantung pada batu bara (40% dari pembangkit listrik pada 2018), kawasan ini memiliki hampir 100 GW kapasitas batu bara baru dalam jaringan pipa pada Januari 2021 (Global Energy Monitor, 2021). Dengan demikian, wilayah ini tetap menjadi salah satu dari sedikit kawasan global yang masih berencana untuk memperluas sumber daya batu bara secara signifikan.
Meningkatkan energi angin dan surya
Penurunan biaya teknologi dan pembangkitan dari tenaga bayu dan surya, dikombinasikan dengan meningkatnya kekhawatiran publik atas emisi dan dampak polusi lokal, perlahan mulai menggeser keseimbangan dari ketergantungan bahan bakar fosil.
Wilayah ini menambahkan 6,8 GW tenaga pembangkit bayu dan surya pada 2019, lebih dari 10 tahun terakhir, terutama didorong oleh Vietnam dengan pasokan energi suryanya yang mencapai lebih dari 5 GW, yang menyumbang lebih dari 80% penambahan pasokan energi mereka. Namun, tenaga bayu dan surya menyumbang kurang dari 2% pembangkit listrik di wilayah tersebut. Sebaliknya, 11 GW bahan bakar fosil ditambahkan pada 2019, dan hampir 85 GW selama satu dekade terakhir (IRENA, 2020).
Program Energi Bersih, Terjangkau, dan Berdaulat
Program Energi Bersih, Terjangkau, dan Aman untuk Asia Tenggara (Clean, Affordable, and Secure Energy –CASE) bertujuan untuk mendorong perubahan di sektor ketenagalistrikan Asia Tenggara menuju peningkatan ambisi mitigasi perubahan iklim. Program ini terfokus di empat negara terbesar di kawasan ini dalam hal jumlah penduduk, yakni: Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Filipina. Ke-empat negara tersebut mewakili hampir tiga perempat dari total pembangkit listrik di Asia Tenggara, dan menyumbang sekitar 72% dari PDB kawasan dan 82% dari populasinya. Oleh karena itu, pengembangan energi di negara-negara ini akan berdampak besar pada kemampuan Kawasan Asia Tenggara untuk memenuhi tujuan pembangunan dan keberlanjutan serta secara global untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris.
Tujuan kami
Tujuan Proyek​ CASE
Tujuan program CASE adalah untuk mengusulkan solusi berbasis bukti terhadap tantangan yang dihadapi pembuat keputusan dan untuk membangun dukungan masyarakat serta membantu mencarikan solusi sektor ini di wilayah tersebut, dengan menerapkan pendekatan pencarian fakta bersama guna mempersempit area ketidaksepakatan melalui keterlibatan ahli analisis serta dialog. CASE selanjutnya bertujuan untuk mendukung koordinasi di sektor listrik Asia Tenggara dengan memberikan dukungan teknis dan kebijakan serta memfasilitasi dialog mengenai isu-isu energi.
Apa yang kami lakukan
Lima area
keluaran telah ditetapkan untuk mencerminkan elemen kunci yang diperlukan guna mencapai perubahan naratif dan mendorong transisi energi di sektor listrik:
Riset Energi Bersih
penelitian untuk menyediakan basis bukti untuk informasi transisi energi yang lebih baik lagi.
Transparansi
transparansi untuk memaksimalkan sinergi, memastikan alokasi sumber daya yang efisien dan memungkinkan pelacakan yang lebih
baik.
Membangun kepercayaan
dialog dengan pemangku kepentingan di luar sektor energi untuk membangun 
kepercayaan dan rasa kepemilikan serta melibatkan mereka dalam proses pengambilan
keputusan di sektor energi.
Menyediakan bantuan teknis
bantuan teknis untuk memperkuat kapasitas pemangku kepentingan energi di Kawasan Asia Tenggara; dan
Praktik Komunikasi
komunikasi untuk mendukung opini publik, memberikan informasi
yang lebih baik kepada publik dan berkontribusi supaya mengubah
perdebatan energi menjadi topik politik yang juga dimiliki oleh
khalayak umum di luar komunitas tenaga ahli atau para pakar.
Siapa kami
Proyek CASE dilaksanakan atas nama Kementerian Federal Jerman untuk Lingkungan, Konservasi Alam , dan Keselamatan Nuklir (BMU) dari tahun 2020 hingga 2024 dan didorong oleh rumpun regional yang kuat.
Konsorsium pelaksana terdiri dari delapan organisasi yang dipimpin oleh badan kerjasama dan pembangunan internasional Jerman GIZ GmbH, dua organisasi ahli internasional dan lima organisasi ahli lokal.
Coordination
Organisasi Pakar Internasional
Organisasi pakar lokal
Kami juga memiliki berbagai mitra.
Ada kerjasama yang erat dengan berbagai mitra, mulai dari pemangku
kepentingan pemerintah dan sektor publik untuk masyarakat sipil organisasi, masyarakat sipil yang lebih luas, organisasi keuangan dan investor, serta sektor swasta di bidang energi.
yang selaras dengan Energy Transition Partnership (ETP) atau Kemitraan Transisi Energi
CASE adalah program yang selaras dengan Energy Transition Partnership (ETP), aliansi donor internasional, filantropi, dan mitra pemerintah yang dibentuk untuk mempercepat 
transisi energi dan untuk mendukung tujuan pembangunan
berkelanjutan di Asia Tenggara. ETP berfokus pada penguatan lingkungan kebijakan untuk
efisiensi energi dan energi terbarukan, meningkatkan arus
investasi publik dan swasta, mempercepat integrasi variabel
energi terbarukan ke dalam jaringan listrik, membangun kapasitas dan pengetahuan lokal, serta mendorong kesadaran publik akan pentingnya transisi energi.
CASE memberikan dukungan aktif di berbagai tingkat inisiatif
ini, untuk memastikan saling melengkapi dan berkoordinasi yang dibutuhkan oleh negara-negara tersebut untuk
meningkatkan ambisi mereka.